MATERI
IPS PADA ANAK USIA DINI
OLEH :
KELOMPOK
1
1.
Megawati
2.
Reka
damayanti
Dosen
Pengampu : Dodi harianto, M.Pd.I
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2017/2018
1
Puji Syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Makalah tentang Hakikat dan
Karakteristik Konsep Dasar IPS. Kami menyusun ini sedemikian rupa agar kita
semua lebih memahami dan mendalami mengenai Hakikat dan Karakteristik Konsep
Dasar IPS. Kami menyusun materi ini dengan konsep yang mudah dimengerti serta
disajikan pula secara sistematis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita, kritik dan saran perbaikan kepada kami, sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan tugas-tugas di masa mendatang.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................ 4
C. Tujuan.................................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian IPS.................................................................................................................................... 6
B. Hakikat pendidikan IPS.............................................................................................................. 11
C. Tujuan pendidikan IPS................................................................................................................ 12
D. Ruang lingkup................................................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mempelajari Konsep dasar IPS berisi tentang konsep, hakikat, dan
karakteristik pendidikan IPS. Dengan mempelajari materi Konsep dasar IPS ini,
diharapkan dapat menjelaskan konsep-konsep IPS yang berpengaruh terhadap
kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara kritis dan kreatif.
Pembahasan materi ini menerapkan pendekatan antar disiplin yang
mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Adapun media yang digunakan
adalah bahan ajar cetak dan non cetak (web). Sebagai calon guru TK/PAUD
hendaknya menguasai materi IPS sebagai program pendidikan. Untuk membantu
menguasai materi tersebut maka dalam Konsep Pendidikan IPS, disajikan
pembahasan hal-hal pokok dan latihan sebagai berikut : Konsep pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
Hakikat
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Karakteristik
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
B. TUJUAN
Setelah mempelajari materi Konsep Pendidikan IPS, diharapkan dapat
menjelaskan tentang :
1. Pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
2. Sejarah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia
3. Rasional
mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di TK/PAUD
4. Hakikat
pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
5. Tujuan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
6. Karakteristik
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
C. RUMUSAN
MASALAH
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
Bagaimana pengertian IPS dan konsep Pendidikan IPS?
Bagaimana sejarah perkembangan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
Indonesia?
4
Apa
tujuan dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
Apa saja
Karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian IPS
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan
sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun
ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan
National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social
Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara
pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi,
dan sebagainya Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah
tersebut meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies)
dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Sosial (Social
Science) Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial
(Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri
disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya
dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross (Kosasih
Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari
manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai
anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Nursid
Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku
kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Studi Sosial
(Social Studies). Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan
suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu
bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Dalam kerangka kerja
pengkajian Studi Sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk
bidang-bidang Ilmu Sosial.
Tentang Studi Sosial ini, Achmad
Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Studi Sosial tidak selalu
bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi
siswa sejak pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar
bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat
interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah tertentu
berdasarkan
6
sesuatu rangka referensi, dan meninjaunya dari
beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan- hubungan yang ada satu
dengan lainnya. Sesuatu acara ditinjau dari beberapa sudut sekomprehensif
mungkin.
Kerangka kerja Studi Sosial tidak menekankan pada
bidang teoretis, namun lebih kepada bidang-bidang praktis dalam mempelajari
gejala dan masalah-masalah sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi
Sosial tidak terlalu akademis-teoretis, namun merupakan satu pengetahuan
praktis dan dapat diajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu mulai dari tingkat
TK/PAUD, Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pendekatan yang digunakan Studi Sosial sangat
berbeda dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan
Studi Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat multidisipliner dengan
menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam
Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-
masing. Demikian pula pada tingkat dan taraf yang
lebih rendah pendekatan Studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu
meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek
kehidupan. Studi Sosial sebagai bahan pembelajaran karena sifatnya lebih
mendasar dapat disajikan kepada tingkat yang lebih rendah, sesuai dengan yang
dikemukakan oleh John jaromelik (1977:3-4) sebagai berikut:
Social studies has as its particular mission the
task of helping young people develop comptencies that enable them to deal with,
and to some extent manage, the physical and social forces of the world in which
they live. Such competencies make to possible for pupils to shape their lives
in harmony with those forces. Social studies education should also provide
young people with a feeling of hope in the future and comfidence in their
ability to solve social problems. Pengetahuan Sosial (IPS) Harus diakui bahwa
ide IPS berasal dari literatur
pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di
Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali
dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies”
yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah
sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu
Sosial di tingkat sekolah dan ahli- ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat
sama. Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan
IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of the science and
humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl
studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as
anthropology, economics, geography, history, law,
7
philosophy, political science, psychology,
religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities,
mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to
help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions
for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in
an interdependent world. Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS
adalah merupakan suatu pendekataninterdsipliner (Inter-disciplinary Approach)
dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang
Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial,
sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih
ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi
atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti:geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
B. Sejarah Pertumbuhan Ilmu
Pengetahuan Sosial
Bidang studi IPS yang masuk ke
Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut
Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah
adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah
Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin. Latar belakang dimasukkannya Social studies dalam
kurikulum sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi
dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika
Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya
ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa
dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-
perkebunan negara tersebut.
Pada awalnya penduduk Amerika
Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung
perang saudara antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak
yang berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap
untuk menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk
yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.
Selain itu juga adanya perbedaan social ekonomi
yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras
untuk menjadikan penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa
yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan
social studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun
1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi
Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi tentang
8
perlunya social studies dimasukkan ke dalam
kurikulum semua sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun
wujud social studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran
sejarah, geografi dan civics.
Di samping sebagai reaksi para
pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat,
pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh
keinginan para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah
meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara
yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2)
dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan
pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu
harus menunggu belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya
mereka sudah mendapat bekal pelajaran IPS di TK/PAUD, sekolah dasar dan
menengah. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Pertimbangan lain dimasukkannya
social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat
menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi
pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar
dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan
masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman
sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih
mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada
bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial. Latar belakang
dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat
berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia
tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai
akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan
Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di
bidang pendidikan menemukan lima
masalah nasional dalam bidang
pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:
1. Kuantitas,
berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Kualitas,
menyangkut peningkatan mutu lulusan
3.
Relevansi, berkaitan dengan
kesesuaian system pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4. Efektifitas
sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5.
Pembinaan generasi muda dalam
rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan
9
Pada tahun 2004, pemerintah
melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). IPS berganti nama menjadi Pengetahuan Sosial. Pengembangan
kurikulum Pengetahuan Sosial merespon secara positif berbagai perkembangan informasi,
ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi
program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
Rasional Mempelajari IPS.
Rasionalisasi mempelajari IPS
untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:
Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau
kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih
bermakna. Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara
rasional dan bertanggung jawab. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di
lingkungan sendiri dan antar manusia. IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada
kurikulum 2004, merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI
sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI (namun juga harus mulai diajarkan
pada TK/PAUD) Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan
Kewarganegaraan. Pada haikatnya, pengetahuan Sosial sebagai suatu mata
pelajaran yang menjadi wahana dan alat
untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
Siapa diri saya?
Pada masyarakat apa saya berada?
Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu
kelompok masyarakat dan bangsa?
Apa artinya menjadi anggota
masyarakat bangsa dan dunia?
Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke
waktu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh setiap siswa, dan
jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan sosial secara sistematis dan
komprehensip.
Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi keberhasilan siswa
dalam kehidupan di masyarakat dan proses menuju kedewasaan.
10
B. Hakikat Pendidikan IPS
Hakikat IPS, adalah telaah
tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup
bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang
dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan
Internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu
dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka
arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini
bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”. Suatu
tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi
alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari
permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti
daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan
mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya
Anda dapat mencermati contoh berikut ini.
• Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara
Jawa yang bentuknya landai dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi
serta arus angin yang tidak begitu kencang, sangat menguntungkan bagi
masyarakat untuk mencari ikan. Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di
kawasan laut yang dangkal yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu
mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua
pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai utara
Jawa.
• Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter
di atas permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung oleh
iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocokuntuk dikembangkan
sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan
sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah
semakin berkurang maka sistem pertanian yang dikembangkan adalah pertanian
lahan kering dan holtikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
• Lain dengan daerah pegunungan yang memiliki corak
tersendiri. Karena sedikitnya persediaan air tanah,mengakibatkan pemukiman penduduk
terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan
mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang relatif mudah. Ladang yang
mereka usahakan biasanya terletak di lembah pegunungan. Aspek pengaturan dan
kebijakan ini termasuk aspek politik.
Marilah kita cermati kembali apa
yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita pelajari ternyata kehidupan itu
banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek:
11
hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia
tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari
dalam ilmu sosiologi.
ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
manusia, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi.
psikologi: dibahas dalam ilmu
psikologi. budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi.
sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan
kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.
geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi.
politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan
kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu
politik
C. Tujuan Pendidikan IPS
Berdasarkan pada falsafah negara
tersebut, makatelah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila danuntuk membentuk manusia yang sehat
jasmani danrokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
dapatmengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap
demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi
dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan
mencintai sesama manusia sesuai
ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945 .
Berkaitan dengan tujuan
pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang akan dicapai?
Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan
tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak. Berkaitaan dengan hal
tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial
(sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk: mengajarkan konsep-konsep
dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis,
dan psikologis. mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan social. Membangun komitmen dan kesadaran
terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan. Meningkatkan kemampuan bekerja
sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional
maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut
tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak
didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi
12
masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan
tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu :
(1) pengetahuan
dan pemahaman,
(2) sikap
hidup belajar,
(3) nilai-nilai
sosial dan sikap,
(4) keterampilan
(Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
Untuk lebih
jelasnya akan dibahas satu persatu. Pengetahuan dan Pemahaman
Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan
pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak. Sikap
belajar IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap
belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak
memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep
baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
Nilai-nilai sosial dan sikap Anak membutuhkan
nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu
melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsure penting di dalam
pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat,
maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat,
dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap perkembangan
nilai- nilai dan sikap anak. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai edukatif,
nilai praktis, nilai teoretis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan. Dengan
pengembangan nilai-nilai tersebut diharapkan sumber daya manusia Indonesia
diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran,
dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan
negaranya, bagi pengembangan kini dan mendatang. Selanjutnya mari kita jelaskan
satu per satu tentang nilai-nilai tersebut seperti dikemukakan oleh Nursid
Sumaatmadja (1997), yaitu sebagai berikut:
a. Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan
pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan perilaku social peserta didik ke arah
yang lebih baik. Perilaku tersebut,
meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan
kognitif disini tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial,
melainkan pula
peningkatan nalar sosial dan kemempuan mencari alternatif-alternatif
pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu, materi ang dibahas pada pendidikan
IPS ini, jangan hanya terbatas
13
pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan
juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari.
Dalam proses peningkatan perilaku
sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya
terbatas pada perilaku kognitif,
melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku
afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih mewarnai afpek kemanusiaan. Melalui
pendidikan IPS, perasaan,
kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab
sosial peserta
didik ditingkatkan. Masalh
sebagai fakta sosial
diprases melalui berbagai
metode dan pendekatan sampai
betul- betul membangkitkan kepedulian serta tanggung jawab
peserta didik.
b. Nilai Praktis
Pembelajaran dan pendidikan apa
pun, nilainya tidak berarti apabila tidak dapat diterapkan secara praktis dalam
kehidupan sosial sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran dan pendidikan
dianggap tidak memiliki makna yang baik, jika tidak memiliki nilai praktis.
Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu jangan hanya tentang pengetahuan yang
konseptual-teoretis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari,
misalnya mulai dari lingkungan terkecil keluarga, di pasar, di jalan, di
tempat-tempat bermain dan seterusnya. Dalam hal ini nilai praktis itu
disesuaikan
dengan tingkat usia dan kegiatan peserta didik
sehari- hari. Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti
berita, mendengarkan radio, membaca
buku cerita, menghadapi permaslahan kehidupan
sehari- hari sampai dengan pengetahuan IPS yang berguna melaksanakan pekerjaan
sebagai wartawan, pejabat
daerah, dan demikian selanjutnya. Pembelajaran pada
pendidikan IPS tersebut diproses secara menarik, tidak terlepas dari kehidupan
sehari-hari, dan secara langsung memiliki nilai praktis serta strategis dalam
membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini, terutama untuk masa-masa
yang akan datang.
c. Nilai Teoretis
Membina peserta didik hari ini
pada proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena
itu, pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta dan
data yang terlepas- lepas, melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah
keterkaitan aspek kehidupan sosial dengan yang lain- lainnya. Peserta didik
dibina dan dikembangkan daya nalarnya ke arah dorongan mengetahui sendiri
kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense
of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan berbagai
14
pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina serta dikembangkan. Dengan
demikian, kemampuan mereka mengajukan hipotesis dan dugaan-dugaan terhadap
suatu persoalan, juga berkembang. Dalam menghadapi kehidupan sosial yang
berkembang dengan cepat dan juga cepat berubah, kemampuan berteori ini sangat
berguna serta strategis. Melalui pendidikan IPS, nilai teoretis ini dibina dan
dikembangkan. d. Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS
secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta
didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau
sebagai makhluk sosial. Melalui proses yang demikian,
peserta didik dikembangkan kesadaran dan
penghayatannya terhadap keberadaannya di tengah- tengah masyarakat, bahkan juga
di tengah-tengah alam raya ini. Dari kesadaran terhadap keberadaannya tadi,
mereka disadarkan pula tentang peranannya masing-
masing terhadap masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan secara
keseluruhan. Dengan kata lain, kemampuan mereka merenungkan keberadaan dan
peranannya di masyarakat ini, makin dikembangkan. Atas kemampuan mereka
berfilsafat, tidak luput dari jangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai
filsafat yang demikian sangat berfaedah dalam kehidupan bermasyrakat, tidak
luput dari perhatian pendidikan IPS ini.
e. Nilai Ketuhanan
Pendidikan IPS dengan ruang
lingkup dan aspek kehidupan sosial yang demikian luas cakupannya, menjadi
landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi
kunci kebahagiaan kita baik lahir maupun batin. Nilai
ketuhanan ini menjadi landasan moralitas Sumber
Daya Manusia (SDM) hari ini dan terutama masa yang akan datang. Hal ini wajib
menjadi perhatian Anda dan semua
selaku guru IPS bahwa materi dan
proses pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib
berlandaskan pada nilai-nilai
ketuhanan.
Keterampilan dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-
alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan
mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data,
mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan.
15
Ruang lingkup IPS tidak lain
adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat
inilah yang menjadi sumber utama IPS.
Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari,
apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi
ataukah itu politik, bersumber dari
masyarakat. Sebagai contoh, secara langsung kita
mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang kita sebut
ekonomi, tidak terlepas
dari masyarakat. Ataukah dengan kata lain, aspek
ekonomi ini bersumber dari masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan
kegiatan ekonomi, seperti
pedagang, proses produksi, semuanya terjadi di
masyarakat. Dengan demikian masyarakat ini menjadi sumber materi IPS.
Sebagai program pendidikan IPS
yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih
berbagai keterampilan,, serta mengembangkan
sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik
menjadi warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang
lain. Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan IPS (memberikan berbagai
pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan
sikap moral yang dibutuhkan) merupakan karakteristik IPS sendiri.
Nu’man Somantri, yang dikutip
oleh Daldjoeni (1981) menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya
masih dalam proses yang penuh berisi
berbagai eksperimen. Adapun ciri-ciri yang
kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut :
Bahwa pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan
minat para siswa, masalah-masalah sosial dekat, keterampilan berpikir
(khususnya tentang
menyelidiki sesuatu), serta
pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
Program studi IPS akan
mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.
Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari
susunan yang integreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang
separated (terpisah). Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari
pendekatan kewargaan negara, fungsional, humanitis
sampai yang struktural. Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium
demokrasi.
Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomor saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa
yang disebut democratic quotient dan citizenship quotient.
16
Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi
program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi,
matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajarannya.
Karakteristik lain yang juga merupakan cirri mandiri pengajaran IPS, yakni
digunakannya pendekatan
pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka
menjawab
permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran, baik
di TK/PAUD, Sekolah Dasar maupun
Lanjutan.
Pemilihan atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu
sosial guna pengembangan materi pembelajaran IPS sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun harus didasarkan
pada beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Buchori Alma dan
Harlasgunawan (1987) yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut, antara lain
berikut ini.
Keperluan
Konsep yang akan diajarkan harus konsep yang
diperlukan oleh peserta didik dalam memahami “dunia” sekitarnya. Oleh sebab
itu, lingkungan hidup yang
berbeda memerlukan konsep yang
berlainan pula.
Ketepatan Perumusan yang akan diajarkan harus tepat
sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep).
Mudah
Dipelajari
Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan
contohnya harus terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal
oleh para peserta didik tersebut.
Kegunaan
Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar
berguna bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia pada
umumnya serta masyarakat
lingkungan dimana ia hidup bersama dalam keluarga
serta masyarakat terdekat pada khususnya.
Evaluasi pembelajaran IPS yang berkesinambungan,
sebaiknya dilakukan terus-menerus sesuai dengan keterlaksanaan proses
pembelajarannya. Evaluasi semacam ini merupakan barometer atau pengecekan
apakah proses yang berlangsung itu dapat diikuti dan dipahami oleh peserta
didik. Apakah target yang telah ditetapkan atau kompetensi yang telah
ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi semacam ini
17
bisa kita sebut sebagai evaluasi formatif, sedangkan evaluasi yang
merupakan kulminasi tadi, merupakan penilaian keberhasilan dari seluruh
rangkaian proses kegiatan pembelajaran atau biasa kita sebut dengan evaluasi
sumatif.
Untuk membahas lebih jelas tentang karakteristik IPS, dapat dilihat dari
berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari
materi dan strategi penyampaiannya. Materi IPS
Ada 5 macam sumber materi IPS
antara lain:
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan
terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai
lingkungan yang luas Negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian,
pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang
terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan
manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang
terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai
segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga. Strategi Penyampaian
Pembelajaran IPS Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah
didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi
disusun dalam urutan: anak (diri sendiri),
keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia.
Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding
Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5). Sebutan Masa Sekolah Dasar,
merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk
besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut :
Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya,
tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang
dikenalnya.
Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal
bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian
tersebut. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
18
Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap
bermacam- macam aspek dari dunia sekitarnya.Anak secara spontan menaruh
perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada
disekitarnya. Mereka memiliki
minat yang laus dan tersebar di sekitar lingkungnnya. Anak adalah
seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan
sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui. Anak ingin berbuat, ciri khas anak
adalah selalu ingin
berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan
berbuat Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau
terperinci yang seringkali kurang penting/
bermakna .Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini
dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam
pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya
pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.
BAB III
19
A. Kesimpulan
IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan
kurikulum 1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya
bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata
pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan
lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat beljar melalui media
cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya
ditengah-tengah msyarakat.
Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan
tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
20
hori Alma, dan Harlasgunawan. (1987). Hakikat Dasar Studi Sosial.
Bandung: Sinar Baru.
ppy, (tanpa tahun). Strategi Ilmu
Pengetahuan Sosial .
Surabaya: Penerbit Karya Anda.
Daldjoeni. (1981). Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan
Sosial (Buku Pengantar Bagi Mahasiswa dan Guru) . Bandung: Penerbit Alumni.
’man Somantri, (Editor Edi
Supriadi dan Rohmat Mulyana).
(2001).
http://fitriawidie.blogspot.com/2012/10/hakikat-dan-
karakteristik-konsep-dasar_5.html
21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar